D I A R E
I.
SKENARIO
Anak laki-laki 7 tahun dibawa ke
Puskesmas Biringkanaya karena sering mengeluh sakit perut terutama di sekitar
pusar, pernah muntah, dan berak encer dan sedikit-sedikit. Penderita juga tidak
nyenyak tidur, sering gatal daerah anus, kurang napsu makan. Berat badan 13 kg,
suhu 36°C.
II. KATA
KUNCI
1. Anak
laki-laki 7 tahun
2.
Sakit perut terutama sekitar pusar
3. Pernah
muntah
4. Berak
encer dan sedikit-sedikit
5. Tidak
nyenyak tidur
6. Sering gatal daerah anus
7. Kurang
nafsu makan
8. Berat
badan 13 kg
9. Suhu
36OC
III. PERTANYAAN
1. Organ
apa yang terlibat pada skenario 3 ?
2. Dari skenario tersebut, organisme apa yang mungkin menginfeksi
penderita?
3. Apa
penyebab sakit perut di daerah pusar?
4. Bagaimana
mekanisme muntah?
5. Mengapa
anak tersebut berak encer dan sedikit-sedikit?
6. Mengapa
anak tersebut tidak nyenyak tidur?
7. Apa
yang menyebabkan gatal pada daerah anus?
8. Apa
yang menyebabkan anak kurang nafsu makan?
9. Mengapa
suhu badan anak tetap normal?
10. Adakah
pengaruh umur dari gejala tersebut?
11. Bagaimana
keadaan cairan tubuh anak tersebut?
12. Dari
gejala-gejala tersebut penyakit apa yang mungkin terjadi?
13. Bagaimana
patofisiologi penyakit tersebut?
14. Bagaimana
sistem imun tubuh merespon infeksi ?
15. Bagaimana
cara pengobatan penyakit tersebut?
16. Bagaimana
cara pencegahan penyakit tersebut?
IV.
PEMBAHASAN
1. Dari skenario, organ yang
terlibat adalah:
? Lambung
? Usus
halus
? Usus
besar
? Anus
2. Organisme yang mungkin menginfeksi penderita adalah berupa cacing .
dari identifikasi gejala, ditemukan bahwa cacing yang mungkin menjadi
parasitnya adalah yaitu parasit cacing kremi (Enterobius vermicularis) karena ditandai dengan gejala gatal di sekitar anus.
E. vermicularis atau Oxyuris vermicularis adalah parasit
penyebab Enterobiasis atau oxyuriasis. Taksonomi Enterobius vermicularis:
Phylum : Nematoda
Class : Cecernentea
Subclass :
Rhabditia
Order :
Rhabditida
Suborder :
Rhabditina
Superfamily : Oxyuroidea
Family :
Oxyuridae
Genus :
Oxyuris atau Enterobius
Spesies :
Oxyuris vermicularis atau Enterobius
vermicularis
Selain ditandai dengan gejala gatal di daerah anus, infeksi
yang disebabkan oleh cacing tidak
disertai dengan adanya inflamasi (peradangan). Sedangkan infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri dan virus) menyebabkan inflamasi. Inflamasi adalah suatu respon fisiologi lokal terhadap
cedera jaringan (infeksi). Hal ini ditandai dengan 5 gambaran fisik yang khas,
yaitu :
? Rubor (warna kemerahan), akibat adanya dilatasi pembuluh
darah kecil di daerah yang mengalami kerusakan.
? Calor (panas), peningkatan suhu akibat meningkatnya
aliran darah (hiperemia).
? Dolor (rasa sakit), terjadi akibat peregangan saraf,
karena pebengkakan dan rangsangan ujung-ujung saraf oleh mediator-mediator
peradangan.
? Tumor (bengkak), terjadi akibat peningkatan permebilitas
kapiler sehingga protein-protein plasma dan eksudat ke ruang interstitium.
? Functio laesa (hilangnya fungsi), grakan yang terjadi
pada daerah radang, baik yang dilakukan secara sadarataupun secara refleks akan
mengalami hanbatan berupa rasa sakit.
Dalam skenario, diketahui bahwa anak tersebut tidak
mengalami peningkatan suhu (calor) karena cacing tidak menimbulkan inflamasi.
3. Organ gastrointestinal yang berada di sekitar pusar
(regio umbilikalis) adalah usus halus dan usus besar. Sakit perut di sekitar
pusar disebabkan karena adanya gerakan peristaltik usus yang meningkat
disebabkan oleh masuknya organisme penginfeksi ke dalam usus. Peningkatan
gerakan peristaltik usus ini merupakan usaha tubuh untuk menyapu organisme
penginfeksi dari tubuh bersama feses. Karena gerakan peristaltik usus meningkat,
maka anak tersebut merasakan sakit perut di sekitar pusarnya.
4. Muntah
terjadi karena rangsangan yang diberikan kepada pusat muntah yang berada di
otak. Ujung syaraf dan syaraf-syaraf yang ada di dalam saluran pencernaan
merupakan suatu penstimulasi muntah jika terjadi :
a. Iritasi
di saluran pencernaan
Iritasi dapat
disebabkan berbagai hal , misalnya makanan, minuman keras, bahkan alat
kedokteran berupa endoskopi dapat menyebabkan iritasi ringan di lapisan saluran
pencernaan kita.
b. Kembung
c. Tertundanya
Proses Pengosongan Lambung
Pada saat kita makan
dan kenyang, makanan tersebut untuk sementara disimpan di lambung. Di dalam
sistem pencernaan makanan, ada fase pengosongan lambung, dimana makanan yang
berada di lambung akan masuk ke usus duabelas jari terlebih dahulu dan berakhir di usus besar yang pada akhirnya
akan kita keluarkan sebagai feses / tinja. Kalau Proses
Pengosongan lambung ini terhambat , misalnya karena akumulasi lemak yang
berlebihan atau ada sesuatu (tumor mungkin) yang menekan sistem pencernaan
sehingga proses pengosongan lambung terhambat akhirnya akan memicu proses
muntah tersebut.
Ketika
pusat muntah di stimulasi, maka (urutan proses yang terjadi adalah sebagai
berikut):
a. Kontraksi
di dalam usus halus meningkat
b. Kandung
Kemih Berkontraksi, dan
c. Sebagian
isi dari usus duabelas jari akan masuk ke lambung
d. Otot-otot pernafasan akan
berkontraksi untuk melawan celah suara yang tertutup sehingga terjadi
pembesaran kerongkongan
e. Pada
saat otot perut
berkontraksi , isi lambung akan didorong masuk ke dalam kerongkongan.
Setelah
Isi Lambung memasuki kerongkongan, ada 2 hal yang mungkin terjadi , yaitu:
a. Muntah
b. Relaksasi
otot Perut yang memungkinkan isi kerongkongan kembali masuk ke lambung dan
tidak jadilah proses muntah tersebut.
Pada kondisi
muntah juga terjadi:
a. Peningkatan
produksi air ludah
b. Peningkatan
kecepatan pernafasan
c. Peningkatan
detak jantung
d. Pelebaran
Pupil mata
5. Berak
encer terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan baik oleh virus, bakteri
dan cacing pada traktus
intestinal, yang pada umumnya terjadi pada seluruh usus besar dan pada ujung
distal ileum. Infeksi ini menyebabkan mucosa teriritasi secara luas sehingga
kecepatan sekresi meningkat dan motilitas dinding usus pun meningkat. Akibatnya, sejumlah besar cairan tidak diadsorbsi dan terdorong kearah
anus untuk membuat agen infeksi tersapu. Gerakan pendorong yang kuat mendorong
cairan kedepan. Hal ini menyebabkan jumlah cairan dalam feses bertambah
sehingga feses menjadi encer.
Berak sedikit-sedikit terjadi karena agen penginfeksi
pada kasus adalah cacing.
6. Tidak
nyenyak tidur disebabkan karena rasa gatal disekitar anus. Cacing betina dewasa yang mengandung telur berpindah
dari kolon ke anus pada malam hari dan mengeluarkan telur di daerah sekitar
anus. Hal ini menyebabkan rasa gatal yang membuat penderita menggaruk hebat dan
tidak tenang. Hal lain yang menyebabkan
tidak nyenyak tidur adalah karena nyeri disekitar
pusar oleh karena peningkatan gerak peristaltik usus.
7. Gejala
klinis yang utama
berupa rasa gatal di daerah anus,
disebabkan oleh migrasi cacing betina ke perianal untuk meletakkan telur-telurnya,
karena telur-telur tersebut hanya dapat menetas bila
tersedia oksigen. Gatal-gatal di daerah anus terjadi saat malam hari, karena
migrasi cacing betina terjadi di waktu malam.
8. Kurangannya nafsu makan (anoreksia)
adalah menurunnya keinginan, sensasi atau rangsangan untuk makan. Hal ini dapat disebabkan karena :
·
Radang perut
·
Divertikulitis (radang atau infeksi
satu atau lebih divertikula dalam saluran pencernaan)
·
Sindrom iritasi usus kolitis ulseratif (luka atau peradangan pada usus
besar)
9. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian awal, pada
dasarnya agen infeksi terbagi menjadi 2 yaitu, agen yang tidak menyebabakan
inflamasi dan yang menyebabkan inflamasi. Inflamasi (peradangan)merupakan
respon pertahanan tubuh terhadap masuknya mikroorganisme patogen, kerusakan
jaringan, kelainan sistem kekbalan tubuh, sinar x dan ultra violet, serta bahan
kimia. Organisme yang menyebabkan inflamasi adalah virus dan bakteri.
Inflamasi ditandai dengan gejala panas,
merah, demam, nyeri dan kehilangan fungsi sel. Agen yang tidak menyebabkan
inflamasi adalah cacing. Di skenario suhu
badan tetap normal karena yang menjadi agen penginfeksi pad kasus ini adalah
cacing, sehingga tidak timbul gejala panas (peningkatan suhu tubuh).
10. Ya, beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit cacingan lebih banyak menyerang
pada anak-anak sekolah dasar, dikarenakan aktifitas mereka lebih banyak
berhubungan dengan permainan yang
mengandung kotoran dan tanah.
11. Dari
skenario diketahui bahwa anak tersebut mengalami berak encer dan muntah. Berak encer menunjukkan keadaan
dimana terjadi sekresi air yang berlebihan pada colon sehingga absorpsi air
menjadi berkurang, hal ini dapat menyebabkan dehidrasi.
12. Dari gejala-gejala yang terlihat pada skenario,
penyebabnya adalah Enterobius vermicularis
/ Oxyuris vermicularis. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini disebut “Oksiyuriasis
(infeksi cacing kremi)”.
13. Patomekanisme terjadinya infeksi pada saluran cerna yaitu
:
Manusia merupakan
satu-satunya host bagi Enterobius
vermicularis. Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif. Infeksi mudah
terjadi karena telur mudah tersebar dimana-mana dan telur dapat bertahan
berminggu-minggu pada kondisi yang lembab dan dingin. Telur berkembang menjadi
bentuk infektif dalam waktu 6 jam pada suhu tubuh. Telur yang mengandung fase L3
akan menetas didalam duodenum dan bergerak ke usus halus (usus kecil), akan
mengalami moulting dua kali sebelum menjadi dewasa dan fase tersebut cacing
mencapai ileo-cecal. Total waktu sejak telur tertelan dan menjadi dewasa adalah
15-43 hari. Cacing dewasa biasanya tinggal di daerah ileo-cecal, tetapi mereka
sering bergerak sepanjang saluran gastro-intestinal dari lambung sampai ke
anus. Cacing memakan sel epithel usus dan bakteri dalam usus. Cacing betina
yang mengandung telur bergerak didalam lumen intestinum dan sering keluar
melalui anus sampai ke perianal. Di daerah sekitar anus (perianal) cacing
betina tersebut mengeluarkan telurnya sampai 4600-16000 butir telur. Cacing
betina mati segera setelah mengeluarkan telur dan cacing jantan mati setelah
kopulasi. Sehingga biasanya banyak ditemukan cacing betina daripada cacing
jantan didalam tubuh hospes.
Bilamana
pada lipatan perianal tidak dibersihkan dalam waktu yang lama, telur yang
menempel pada daerah tersebut akan menetas dan larva bergerak masuk kedalam
anus kemudian menuju usus. Proses tersebut dinamakan “Retrofection”. Proses
penetasan telur di dalam intestinum tidak pernah terjadi, kecuali bilamana
terjadi konstipasi.
Beberapa
perubahan-perubahan yang terjadi pada organ yang terinfeksi cacing enterobius
vermicularis yakni:
a.
Cacing memakan sel
epithel usus dan bakteri dalam usus.
b. Timbulnya
kerusakan pada mukosa intestinal karena perlekatan dengan cacing dewasa menyebabkan
pembengkakan ringan dan menyebabkan
infeksi sekunder oleh bakteri.
14. Pada
saat cacing Enterobius vermicularis
masuk ke tubuh, lambung akan mengeluarkan HCL dengan kadar asam yang tinggi
untuk membunuh telur cacing yang masuk tadi. Ketika, beberapa dari cacing tersebut lolos dari HCL
lambung maka telur tersebut menetas di usus halus dan menjadi larva. Sistem
imun akan merespon untuk mencegah terbentuknya infeksi dengan mengeluarkan
IgE.
IgE
singkatan imunoglobulin E, dan merupakan salah satu dari lima jenis
imunoglobulin yang terlibat dalam respon kekebalan tubuh dan kepekaan pada
manusia. Namun, IgE ditemukan secara eksklusif pada mamalia. Imunoglobulin,
lebih dikenal sebagai antibodi , juga milik keluarga protein disebut sebagai
gamma globulin. Mereka diproduksi oleh sel-sel darah putih khusus yang disebut
B-limfosit. Secara kolektif, IGES, yang berada dalam darah, adalah senjata
penting yang digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mendeteksi dan
merespon invasi zat-zat asing.
Peran
IgE adalah untuk target dan mengikat protein tertentu yang ditemukan pada
permukaan sel tertentu, seperti sel mast, makrofag, dan natural killer (NK)
sel. Protein ini disebut sebagai reseptor Fc dan diklasifikasikan lebih lanjut
tergantung pada spesifik antibodi yang berikatan
dengan mereka. Reseptor yang
membedakan IgE spesifik disebut Fc-epsilon reseptor (FcεR). Selain itu, ada
bukti cukup untuk menunjukkan bahwa IgE terlibat dalam respon kekebalan
terhadap invasi parasit.
Pada
daerah usus, larva akan membentuk perlekatan dengan IgE dan berikatan dengan
eosinofil yang merupakan salah satu jenis dari leukosit. Eosinofil akan mengeluarkan granul yang
bertujuan untuk mengaktivasi lysozim. Lysozim merupakan enzim yang menyebabkan
lisis pada larva sehingga terbentuk partikel larva yang lebih kecil. Partikel
ini dapat segera keluar menuju anus dan menyebabkan gatal di sekitar daerah
anus atau melekat pada dinding usus dan
menghalangi reabsorbsi nutrisi.
15. Pengobatan
enterobiasis efektif jika semua penghuni rumah juga diobati, infeksi ini dapat
menyerang semua orang yang berhubungan dengan penderita. Obat-obatan yang
digunakan antara lain piperazin, pirvinium, tiabendazol dan stilbazium iodida
(Gandahusada et al., 2001).
Pengobatan
enterobiasis adalah sebagai berikut :
a. Piperazin
sulfat diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari selama 8 hari,
b. Pirvinium
pamoat, diberikan dengan dosis 5 mg/kg berat badan (maksimum 0,25 g) dan
diulangi 2 minggu kemudian,
c. Piranthel
pamoat, diberikan dengan dosis 11mg/kg berat badan single dose, dan maksimum 1
gram,
d. Stilbazium
Iodida, dengan dosis tunggal 10-15 mg/kg berat badan. Warna tinja akan menjadi
merah karena obat ini .
16. Pencegahan
dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei teratur,
ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah, potong
kuku secara rutin, hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu toilet
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan (Noer, 1996). Selain itu,
peningkatan kesehatan perorangan dan kelompok digabung dengan terapi kelompok
dapat membantu pencegahan.
4 komentar:
kamu kelompok brapa pernah ni gus ??
sudah lupaaa,, hehehe
izin kopi say
aku kopi say
Posting Komentar